(Review Jurnal) REPRESENTASI IDENTITAS ETNIS PAPUA DALAM FILM LOST IN PAPUA

PENDAHULUAN
Permasalahan di Papua sudah ada sejak masa orde baru dengan munculnya OPM. Menurut salah satu tokoh OPM, Victor, permasalahan di Papua sangat rumit. Permasalahan tersebut meliputi kejahatan negara, kekerasan militer, genosida, dan pemusnahan kultur setempat (Larasati, 2014:490). Banyaknya anggapan bahwa etnis Papua masih primitif juga sering didukung dengan kontruksi media massa. Etnis Papua dengan pakaian adatnya berupa koteka dianggap sebagai pakaian yang tidak pantas oleh non etnis Papua. Padahal etnis Papua sendiri menganggap bahwa koteka yang mereka pakai sama halnya dengan pakaian biasa. Inilah yang menambah permasalahan rasialisme di Indonesia khususnya terhadap etnis papua yang merupakan etnis minoritas dan berbeda dengan etnis lainnya.
Media massa melalui salah satunya film, menjadi alat untuk merepresentasikan suatu hal yang kemudian dianggap sebagai hal yang nyata. Ketika rerpresentasi yang ditampilkan oleh film bisa menempatkan sesuatu pada tempatya, maka tidak akan menjadi masalah. Namun ketika film menggambarkan sesuai yang mengandung isu rasialisme, ini yang menjadi masalah. Karena dengan representasi dari film, masyarakat luas akan terbentuk pola pikirnya sesuai dengan yang terkandung di dalam media yang mereka konsumsi. Terdapat tiga proses representasi. Pertama, bagaimana media mengontruksi sebuah peristiwa yang ada menjadi suatu realitas. Kedua, bagaimana media menggambarkan realitas tersebut kepada khalayak. Ketiga, bagaimana peristiwa tersebut dikonvensikan supaya diterima secara ideologis oleh khalayak. Dengan tiga proses tersebut, media film secara tidak langsung akan menimbulkan penggolongan kedudukan terhadap etnis-etnis indonesia yang mereka angkat. Dimana ujungnya selalu etnis Papua ditaruh di posisi terbawah sebagai etnis yang masih primitif dan tertinggal.

PEMBAHASAN
Rasialisme adalah bentuk dari akibat representasi stereotip rasial yang tidak jarang mengandung penindasan terhadap suatu kelompok sosial. Melalui tayangan-tayangannya, media massa berperan penting dalam pembentukan identitas suatu kelompok.
Film yang mengangkat tentang etnis Papua seperti Denias, Senandung di Atas Awan, Di Timur Matahari, dan Lost In Papua pada dasarnya mereka mengangkat tentang keeksotisan Papua. Namun dibalik itu semua terkandung sebuah representasi bahwa kaum pendatanglah yang mampu memajukan keindahan tersebut. Kaum pendatang dianggap sebagai superior dan etnis Papua sebagai inferior. Padahal dari segi jumlah etnis papua menjadi mayoritas.
Setting institusional cenderung lebih penting karena hal tersebut mempengaruhi masyarakat kita, termasukpenyelenggaraan pemerintahan, agama, pendidikan, dan pekerjaan (ekonomi). Sebaliknya, kelompok inferior kurang mempunyai akses terhadap sumber daya, privilase; kurang atau bahkan tidak berpeluang mendapat kekuasaan seperti superior (Liliweri, 2005 p. 102).
Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya representasi tersebut. Faktor ekonomi, pendidikan, pembangunan, serta sosial budaya turut mempengaruhi masalah rasialisme ini. Dalam film ini sangat terlihat bahwa ada dominasi etnis jawa. Dimana pada suatu saat datanglah Nadya ke suku Korowai dengan membagikan buku dan makanan. Seakan nadya sebagai penyelamat suku tersebut. Dimana Nadya adalah orang suku Jawa. Film ini menyuguhkan segala keindahan papua, namun tidak bisa lepas dari khayalan sutradara.
Edward Said membagi empat jenis relasi kekuasaan, yaitu kekuasaan politis, intelektual, kultural, dan kekuasaan moral. Jawa di posisikan sebagai etnis yang mengetahui cara mengatur Papua. Sehingga pada zaman orde baru Soeharto mengirim TNI ke Papua. Dengan adanya hal itu masyarakat Papua menganggap mereka telah diduduki. Seakan-akan Papua membutuhkan guru dari Jawa. Dalam film ini, etnis Jawa menjadi tokoh utama dan Papua hanya sebagai pemeran figuran. Film seakan mengukuhkan bahwa suku Jawa adalah suku dengan peradaban tinggi. Namun juga digambarkan bahwa masyarakat Papua juga mudah berkomunikasi. Film ini juga seakan menunjukkan bahwa etnis papua menjadi minoritas di tanah sendiri dan digambarkan pula kedatangan Nadya ke Papua menambah daftar etnis pendatang di Papua.

KESIMPULAN
Etnis papua masih dibandang sebagai etnis primitif, dimana mereka masih berkoteka, tidak dapat dipisahkan dengan alam. Suku pedalaman masih memegang teguh adat mereka. Dalam film ini, selalu digambarkan adanya dominasi dari etnis lain. Sehingga seakan-akan mengukuhkan etnis papua sebagai etnis tertinggal di Indonesia.

Sumber:

Larasati, C. E. (2014). REPRESENTASI IDENTITAS ETNIS PAPUA DALAM FILM LOST IN PAPUA (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS AIRLANGGA).

Komentar

  1. CASINO HOTEL - Mapyro
    Casino Hotels Near Harrah's Cherokee, NC Casinos A 광주광역 출장샵 casino hotel 서귀포 출장안마 in Cherokee, N.C. Casinos Near 정읍 출장마사지 Harrah's Cherokee, NC Casinos 서울특별 출장안마 & Hotels. 평택 출장샵

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Sistem Pemungutan Pajak

Dunia Muda